Kepribadian,
Nilai dan Gaya hidup
1.
Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang
yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya
(Schiffman dan Kanuk,2000). Berdasarkan definisi ini maka bias disimpulkan
bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal termasuk didalamnya
berbagai atribut,sifat,tindakan yang membedakan dengan orang lain. Secara
praktis konsep kepribadian dapat didefinisikan sebagai seperangkat pola
perasaan,pemikiran dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen
untuk berbagai situasi. Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu :
1.
Mencerminkan perbedaan individu
2.
Konsisten
3.
Psikologis dan fisiologi
4.
Kepribadian dapat berubah
5.
Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Dimensi kepribadian :
1.
Ekstraversi
Suatu dimensi kepribadian yang mencirikan
seseorang yang senang bergaul dan banyak bicara dan tegas.
2.
Sifat menyenangkan
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan
seseorang yang baik hati, kooperatif dan mempercayai.
3.
Sifat mendengarkan kata hati
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan
seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun dan berorientasi
prestasi.
4.
Kemantapan emosional
suatu dimensi kepribadian yang mencirikan
seseorang yang tenang, bergairah,terjamin (positif), lawan tegang,
gelisah,murung dan tak kokoh (negative).
5.
Keterbukaan terhadap pengalaman
suatu dimensi kepribadian yang emncirikan
seseorang yang imajinatif, secara artistic peka dan intelektual.
2.
Nilai
Individu
a.
Pengertian
Nilai
Nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.
bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.
Nilai
dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai
dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional.
Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai
pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu
sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai
Instrumental.
Nilai
Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya Penjabaran
itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan oleh nilai
dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
dasarnya.
b.
Ciri-Ciri
Nilai
Sifat-sifat
nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut :
a.
Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada
dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal
yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang
memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra
kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
b.
Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai
mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki
sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c.
Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator
dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong
oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini
menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
c.
Macam-Macam
Nilai
Dalam
filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
·
Nilai logika adalah nilai benar salah.
·
Nilai estetika adalah nilai indah tidak
indah.
·
Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk
Berdasarkan
klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang
siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia
keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu
buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya
kita mengatakan demikian.
Contoh
nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah
pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif
pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah
lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka
dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.
Nilai
moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
Notonegoro
dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :
itu adalah sebagai berikut :
·
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
·
Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
·
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi :
a.
Nilai kebenaran yang bersumber pada akal
(rasio, budi, cipta) manusia.
b.
Nilai keindahan atau nilai estetis yang
bersumber pada unsur perasaan(emotion) manusia.
c.
Nilai kebaikan atau nilai moral yang
bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
d.
Nilai religius yang merupakan nilai keohanian
tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
3.
Konsep
Gaya Hidup dan Pengukurannya
Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa
yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang
terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi
sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan. Psikografi adalah
variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan sering kali
istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian. Beberapa
variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi.
Teori sosio-psikologis melihat dari variabel sosial yang
merupakan determinan yang paling penting dalam pembentukan kepribadian. Teori
faktor ciri, yang mengemukakan bahwa kepribadian individu terdiri dari atribut
predisposisi yang pasti yang disebut ciri (trait). Konsep gaya hidup konsumen
sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang
hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka.
Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang
memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka
terhadap sesuatu. Ada 3 Faktor yang mempengaruhi Gaya Hidup
Konsumen :
·
Kegiatan yaitu bagaimana konsumen
menghabiskan waktunya.
·
Minat yaitu tingkat keinginan atau perhatian
atas pilihan yang dimiliki konsumen.
·
Pendapat atau pemikiran yaitu jawaban sebagai
respon dari stimulus dimana semacam pertanyaan yang diajukan.
4.
Pengukuran
Ganda Perilaku Individu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen:
·
sikap orang lain
·
Faktor situasi tak terduga
Konsumen mungkin membentuk kecenderungan
pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk
yang diharapkan.
Ada 5 tahap proses pengambilan keputusan
pembelian terdiri dari :
1.
Pengenalan Kebutuhan
Proses
pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian
mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan
antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
2.
Pencarian Informasi
Konsumen
yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi
tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada
dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
3.
Pengevaluasian Alternatif
Cara
konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada
konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus,
konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4.
Keputusan Pembeli
Tahap
pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan
(niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek
yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian.
5.
Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan
pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk,
konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah
pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup
Menurut
pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih
lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar
(eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan,
kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan
penjelasannya sebagai berikut :
a.
Sikap
Sikap
berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan
tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan
mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat
dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b.
Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman
dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat
diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui
belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan
dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c.
Kepribadian
Kepribadian
adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu.
d.
Konsep diri
Faktor
lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah
menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara
konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya
akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari
pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi
permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang
menjadi awal perilaku.
e.
Motif
Perilaku
individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan
terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang
terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang
cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f.
Persepsi
Persepsi
adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan
informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun
faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
a.
Kelompok referensi
Kelompok
referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh
langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling
berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah
kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut.
Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya
hidup tertentu.
b.
Keluarga
Keluarga
memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku
individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang
secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c.
Kelas social
Kelas
sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam
sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada
dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu
kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam
lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial
ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh
karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila
individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan.
d.
Kebudayaan
Kebudayaan
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal
meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif ,
dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga,
kelas sosial, dan kebudayaan. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas
sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas,
minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya
dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer
mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada
pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas
mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.
Terutama
bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat
berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan
dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah,
dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam
mempengaruhi perilaku konsumsinya.
E. Kepribadian, Nilai, dan Gaya Hidup
Terhadap Perilaku Konsumen
Nilai
dan Gaya hidup dalam perilaku konsumen sangat berkaitan erat dalam
kaidah-kaidah menganalisa Perilaku Konsumen serta relevansinya dengan strategi
market dalam membentuk sebuah konsumen yang kuat dengan produsennya. Produsen
tentu memiliki standar prosedur dalam menguasai pasar, tentunya apabila ingin
memperoleh dan mendapatkan hati di para konsumen, hal-hal yang berkaitan dengan
ini yaitu melakukan riset pemasaran, agar memperoleh hasil yang maksimal dalam
proses penjualan.
Kepribadian
dan gaya hidup adalah naluri alamiah yang merupakan atribut atau sifat-sifat
yang berada pada sifat manusia, bagaimana cara manusia berfikir, faktor
lingkungan sebagai sebuah objek pengaruh dalam menentukan pola berfikir
manusia, dan juga faktor pendapatan yang membentuk manusia pada pola-pola
konsumerisme. Cara berfikir manusia adalah sebuah ideologi atau gagasan yang
bersifat idealistis yang dimiliki setiap manusia secara alamiah untuk
menentukan suatu pola terarah dan memiliki sikap dalam menentukan banyak hal,
hal inilah yang menjadi indikator bagi para pemasar, bagaimana mereka menganalisa
sebuah pemikiran masyarakat agar mau membeli produk mereka.
Faktor-faktor
lingkungan adalah suatu pola eksternal dalam mempengaruhi pola berfikir manusia
dalam bersikap, yang akhirnya menjadi gaya hidup dan perilaku seseorang dalam
menjalani kehidupannya sehari-hari. Pendapatan adalah sebuah hal pokok, yang
akhirnya membentuk sebuah perilaku konsumen dalam bersikap dan juga memenuhi
kebutuhan hidupnya, seorang yang memiliki pendapatan besar tentu memiliki gaya
hidup yang berbeda dalam menjalani sebuah kehidupannya sehingga munculah sebuah
perilaku konsumerisme, yaitu pola hidup yang berlebih-lebihan dalam mengambil
keputusan untuk sebuah pola yang lebih dari apa yang dibutuhkan.
Kepribadian
merupakan ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang
kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan
orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan
psikologisnya. Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya
adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri
actual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan
konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri
orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan
membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur
hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
Nilai
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena
nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas
dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan
dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian.
Gaya
hidup adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang,
minat, dan pendapat seseorang. Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi
pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup
melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu
konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga
menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana
mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka.
Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan
opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang
dilakukan konsumen sendiri menurut
Kepribadian
dan gaya hidup merupakan marupakan salah satu dari karakteristik pribadi yang
mempengaruhi perilaku konsumen selain umur, pekerjaan, dan situasi ekonomi.
Banyak konsumen yang sangat loyal dengan produk tertentu saperti minuman pepsi
sehingga mereka tidak akan minum minuman bersoda lainnya selain pepsi.
Selain
itu barang dan jasa juga mempunyai nilai yaitu nilai pakai dan nilai tukar.
Nilai pakai sendiri dibagi dua yaitu nilai pakai objektif dan nilai pakai
subjektif. Nilai pakai objektif merupakan kemampuan suatu barang untuk memenuhi
kebutuhan banyak orang sedangkan nilai pakai subjektif merupakan nilai yang
diberikan oleh seseorang terhadap suatu benda atau jasa dalam memenuhi
kubutuhan pribadi pemakainya. Sementara nilai tukar juga dibagi dua yaitu nilai
tukar objektif dan nilai tukar subjektif.
Teori
nilai juga terbagi menjadi dua teori nilai objektif dan teori nilai subjektif.
Yang termasuk teori nilai objektif yaitu teori biaya produksi dari Adam smith,
teori dari biaya produksi tenaga kerja dari David ricardo, teori nilai lebih
dari Karl mark, teori nilai reproduksi dari Carey, teori nilai pasar dari Humme
dan Locke.
Sementara
teori nilai subjektif yang terkenal yaitu hukum Gossen 1, hukum Gossen 2, dan
Carl Menger. Menurut hukum Gossen 1 nilai suatu barang bagi konsumen yang
mengkonsumsinya berkurang jika semakin banyak barang tersebut dikonsumsi.
Menurut hukum Gossen 2 manusia akan memuaskan kebutuhan yang beraneka ragam sampai
mencapai tingkat intensitas yang sama. Menurut Menger nilai lebih ditentukan
oleh faktor subjektif (kepuasan atau permintaan) dibandingkan faktor objektif
(biaya produksi atau permintaan).
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar