Proses pengambilan keputusan oleh
konsumen
Pengertian proses pengambilan keputusan membeli Engel (1995)
mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan
konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pengambilan keputusan
membeli merupakan keputusan konsumen tentang apa yang hendak dibeli, berapa
banyak yang akan dibeli, di mana akan dilakukan, kapan akan dilakukan dan
bagaimana pembelian akan dilakukan (Loudon & Bitta, 1993).
Berkowitz (2002) juga mengemukakan bahwa proses keputusan
pembelian merupakan tahap-tahap yang dilalui pembeli dalam menentukan pilihan
tentang produk dan jasa yang hendak dibeli.
Ahli lain menyatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen
adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan. pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu
diantaranya (Setiadi, 2003).
Sementara Schiffman-Kanuk (2007) mengatakan bahwa keputusan
sebagai seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih, dengan kata lain
ketersediaan pilihan yang lebih dari satu merupakan suatu keharusan dalam
pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian diatas, maka proses pengambilan keputusan
membeli yang dipakai dalam penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan
oleh Engel (1995) yakni proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada
tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
Selanjutnya akan dibahas mengenai tahapan-tahapan dalam membeli.
Menurut Engel et al. (1994:31-32) dan Lamb et al.
(2001:188), ada lima tahapan yaitu :
(1)
pengenalan kebutuhan,
(2)
pencarian informasi,
(3)
evaluasi alternatif,
(4)
keputusan pembelian,
(5)
perilaku pascapembelian.
1. Model-model Proses Pengambilan
keputusan:
A.
Model Perilaku Pengambilan keputusan
1.
Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang
itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya
marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
2.
Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih
berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang
memuaskan
3.
Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan
merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil
keputusan
4.
Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
5.
Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat
kompetitif
6.
Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb
tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai
dibawah sadar.
B.
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher
mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Model Preskriptif
Pemberian
resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan
1.
Model Deskriptif
Model
ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu
Model
preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitas observasi
Disamping
model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu
anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak
setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan
seterusnya.
1.
Teknik-teknik Pengambilan Keputusan:
2.
Teknik Kreatif
3.
Brainstorming
Berusaha
untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
1.
Synectics
Didasarkan
pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan
untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
2.
Teknik Partisipatif
Individu
individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
3.
Teknik Modern
1.
Teknik Delphi
2.
Teknik Kelompok Nominal
2. Tipe-tipe proses pengambilan
keputusan
Tipe
Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam
pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan
dibagi dalam 3 tipe :
1.
Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin,
sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama
pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan
piutang,dll.
2.
Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian
dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur.
Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta
analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih,
keputusan alokasi dana promosi.
3.
Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen
tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah
untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan
luar.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan
masalah antara lain :
1.
Trial & error : Coba dan salah. Cara ini merupakan metode yang paling
rendah tingkatannya, dilakukan oleh orang yang belum pernah mengalami/ mengenal
dan belum tahu sama sekali. Dalam keperawatan ini sangat berbahaya dan tidak
boleh dilakukan. Contohnya : ada klien panas, dicoba diurut, dicoba diberi
makan, dicoba ditiup, tdk berhasil dicoba diberi minum, dibuka baju, diberi
kompres sampai berhasil panasnya turun, dll.
2.
Intuisi : penyelesaian masalah dengan intuisi atau naluri/ bisikan hati.
Penyelesaian dengan cara ini kurang dianjurkan dalam metode ilmiah, karena
tidak mempunyai dasar ilmiah. Kadang-kadang metode ini juga dapat memberikan
jalan keluar bila intuisi ini berdasarkan analisis atau pengalaman, dan
pengetahuan yang dimiliki.
3.
Nursing process : Proses keperawatan merupakan suatu langkah penyelesaian
masalah yang sistematis dan didukung oleh rasionalisasi secara ilmiah meliputi
: pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang merupakan suatu
siklus untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien.
4.
Scientifik methode/Research Process : Proses riset/ penelitian merupakan suatu
penyelesaian masalah berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan logika,
dengan pendekatan yang sistematis
4. Pembelian
Menurut (Engel,2000) pada tahap pembelian, konsumen
memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti
yang dapat diterima bila perlu. Evaluasi
yang telah dilakukan membawa konsumen untuk
melakukan pembelian. Jika ia mengalami kegagalan
untuk melakukan pembelian produk/ jasa yang
diinginkannya (alternatif yang dipilih), konsumen melakukan
pembelian ke alternatif lain atau alternatif pengganti yang masih dapat
diterima.
Nilai pembelian konsumen memiliki dua katagori, yaitu :
Nilai pembelian konsumen memiliki dua katagori, yaitu :
1.
Produk maupun merek, dikenal sebagai
pembelian yang terencana sepenuhnya, dimana
pembelian yang terjadi merupakan hasil keterlibatan
yang tinggi dan pemecah masalah yang diperluas.
2.
Kelas poduk, dapat dipandang sebagai pembelian yang terencana, jika pilihan
merek dibuat ditempat pembelian.
Menurut (Kotler,2002) ada dua faktor
yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah pendirian
orang lain. Sejauh mana pendirian orang lain mempengaruhi
alternatif yang disukai seseorang. Faktor yang kedua situasi yang tidak terantisipasi
yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
5. Diagnosa Perilaku Konsumen
Pemahaman
akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,yaitu :
– Untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
– Prilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.
– Untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
– Prilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.
Misalnya
dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat
lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari
raya tersebut.
– Pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen.
– Pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen.
Dengan
memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan
ide dengan lebih cepat dan efektif.
Teori Lain
Tentang Pengambilan Keputusan
::: Tingkat keterlibatan konsumen
Kita dapat mendefinisikan keterlibatan konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan dan pemrosesan aktif yang dilakukan konsumen dalam merespon rangsangan pemasaran.
::: Tingkat keterlibatan konsumen
Kita dapat mendefinisikan keterlibatan konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan dan pemrosesan aktif yang dilakukan konsumen dalam merespon rangsangan pemasaran.
- Model Kemungkinan Elaborasi Richard Petty dan John Cacioppo
Model
yang banyak dipakai mengenai formasi dan perubahan sikap, menggambarkan
bagaimana konsumen membuat penilaian, baik dalam keadaan keterlibatan rendah,
maupun tinggi.
- Strategi Pemasaran Keterlibatan Rendah
Banyak
produk dibeli dalam kondisi keterlibatan rendah dan ketiadaan merek yang
signifikan.
- Perilaku Pembeli Pencari Keragaman
Beberapa
situasi pembelian ditentukan karakternya dengan keterlibatan rendah tetapi
perbedaan mereknya signifikan. Di sini konsumen sering melakukan banyak
peralihan merek.
::: Heuristik dan bias keputusan
::: Heuristik dan bias keputusan
- Heuristik Ketersediaan
Konsumen
mendasarkan prediksi mereka berdasarkan kecepatan dan kemudahan dimana satu
contoh hasil tertentu muncul dipikiran mereka.
- Heuristik Representatif
Konsumen
mendasarkan prediksi mereka atas se-representatif atau semirip apa suatu hasil
dengan contoh lain.
- Heuristik Penjangkaran atau Penyesuaian
Konsumen
sampai pada penilaian awal dan kemudian menyesuaikannya berdasarkan informasi
tambahan.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar